Kamis, 29 Desember 2011

CINTA SEORANG IBU


       Alkisah disuatu desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak satu”nya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit.
        Sang ibu sering kali sedih memikirkan anak satu”nya. Adapun anaknya mempunyai tabiat yang sa...ngat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam,  dan banyak lagi yang membuat si ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitupun ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan,  “Tuhan, tolong Kau sadarkan anakku yang kusayangi supaya ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia bertaubat sebelum aku mati.”
        Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.
        Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat. Kemudian dia dibawa kehadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak tersebut dijatuhi Hukuman Pancung. Pengumuman hukuman itu disebarkan keseluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng Istana berdentang menandakan pukul enam pagi.
        Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si ibu. Dia menangis, meratapi anak yang sangat dikasihinya. Sembari berlutut ia berdoa kepada Tuhan. “ Tuhan, Ampunilah anak hamba. Biarlah hambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya”. Dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si anak harus tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si ibu kembali ke rumah. Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni. Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi ketemu dengan sesosok ruh.
        Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong  untuk menyaksikan hukuman pancung. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis menyesali perbuatannya.
        Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan, lonceng Istana belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewatdari waktunya. Akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng di Istana. Dia juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi, suara dentangnya tidak ada.
        Karena mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang dipegangnya mengalir darah. Darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat dimana Lonceng diikat. Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. Tahukah Anda apakah yang terjadi? Ternyata didalam lonceng besar itu ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk Bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng.
        Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di Lonceng tersebut serta memeluk besi  didalam lonceng, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
        Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya, betapapun jahatnya si anak. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing-masing, selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber Kasih sayang Allah bagi kita di dunia ini. Amin.
        Sesuatu untuk dijadikan renungan untuk kita agar selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar